Senin, 28 April 2008

Pak Pendeta dan Pak Ustad

Kita boleh berbeda agama dan saling “curiga”, tapi harus saling bantu dalam kesulitan hidup. Itulah pesan yang kuperoleh dari cerita berikut. Kisah ini dikirim oleh pembaca Batak News, Sahat Sipahutar, dari Bekasi. Dia pertama kali mendengarnya dari petugas ronda malam di RT 03/RW 014, Kota Legenda, Bekasi.

SYAHDAN, HIDUPLAH dengan rukun dua orang yang bertetangga; seorang pendeta dan seorang ustad. Walau mereka berbeda agama tapi dalam keseharian selama puluhan tahun Pak Pendeta dan Pak Ustad senantiasa saling membantu. Tak pernah mereka bertengkar. Satu sama lain tolong-menolong. Keduanya pun dijadikan teladan oleh warga sekitar.
Pendeta : Pak Ustad, saya mau melakukan pelayanan ke daerah pedalaman. Bolehkah saya meminjam mobil bapak?
Ustad : Tentu boleh, Pak Pendeta. Pakai saja, dengan senang hati kok.

Lalu si Pendeta pun melakukan perjalanan tugasnya dengan mengendarai mobil milik Ustad.
Sepulang dari pelayanan, kondisi mobil yang dipinjam itu sangat kotor dan penuh lumpur. Pendeta lalu membersihkannya, dan diguyur dengan air.

Dari teras rumahnya, Ustad melihat Pendeta yang sedang mencuci mobilnya dengan siraman air dari ember. “Wah, gawat, mobilku dibaptis,” pikir Ustad.
Pendeta : Pak Ustad, terima kasih atas peminjaman mobilnya. Semoga Tuhan memberkati bapak sekeluarga.
Ustad : Sama-sama, Pak Pendeta. Kalau suatu saat nanti Bapak perlu lagi, jangan sungkan-sungkan.
Pendeta : Baiklah, Pak Ustad, terima kasih.

Setelah Pendeta berlalu, Ustad segera mengambil gergaji dari gudangnya. Lalu dengan cekatan tangannya memotong knalpot mobilnya itu. Pikirnya, mobil itu sudah disunat dan diislamkan kembali setelah tadi sempat dibaptis oleh Pendeta.

Sumber :
http://www.blogberita.com/

0 komentar:

 
ANAK YANG HILANG © 2007 Template feito por Templates para Você